Senin, 07 Agustus 2017

Berhenti Konsumtif, Berani???


Pagi-pagi, nonton tv, muncul iklan. Buka handphone dan sosmednya, muncul iklan. Berangkat kerja, mendengarkan radio, ada iklan. Di sepanjang jalan, melihat kiri kanan, terpampang iklan mulai dari banner sampai baligo besar. Sampai di kantor, buka internet, ada pop up iklan. Begitulah hidup kita, dari bangun tidur, terlelap sampai kemudian bangun lagi keesokan harinya,  iklan dimana-mana. Disadari atau tidak pola hidup kita sangat dipengarui oleh berbagai macam iklan, baik visual maupun verbal.
Berbagai kecanggihan yang ditawarkan, membuat semua sisi hidup kita dipengaruhi hal tersebut. Tidak dapat disangkal, kecerdasan sang pembuat iklan sangat mempengaruhi berbagai keputusan yang kita ambil. Mulai dari apa yang kita makan sampai ke sekolah dan pelajaran apa yang seharusnya diberikan kepada anak pun tak luput dari pengaruhnya.
Pada akhirnya konsumerisme merajalela di berbagai kalangan. Merasa kurang rasanya jika kita tidak upload makanan yang kita makan. Tidak puas rasanya jika kita tidak update barang terbagus yang bisa kita punya. Kurang update rasanya jika tidak mendatangi suatu tempat baru yang sedang booming diposting orang. Dari sisi positif, ambilah pikiran bahwa semua orang berusaha mengupload segala sesuatu sesuai dengan kemampuannya. Tapi sisi negatifnya, terlalu banyak orang yang kemudian memaksakan agar terlihat wah oleh orang lain.
Sekuat itu daya pikat iklan yang bisa dilihat. Sebagai bagian dari pemasaran yang baik, hal itu merupakan keberhasilan seorang pemasar. Dengan tampilan foto bagus, kata-kata yang menarik, artis brand ambassador terkenal, kemudahan untuk berbelanja dengan debit card atau credit card, diskon dan sale di detiap musim, semua dilakukan agar apa yang dipasarkan dapat menghasilkan penjualan yang baik, tidak peduli bagaimana daya beli masyarakat atau apakah yang dijualnya itu adalah kebutuhan primer, sekunder atau tersier bagi pembelinya.
Kemudian masalah yang lain, dalam banyak kasus kita seringkali menemukan iklan yang mengaitkan produknya dengan masalah sosial. Misalkan dengan membeli suatu produk, kita telah berkontribusi untuk pelestarian lingkungan, pemberantasan kemiskinan, dll. Sesuatu yang sebenarnya bukan menjadi tujuan utama para produsen. Strategi ini biasanya sukses memanipulasi cara berpikir masyarakat agar terus berbelanja dan membeli produk yang ditawarkan.
Dampak negatif lain dari konsumerisme yang luput dari perhatian kita adalah persoalan lingkungan. Studi yang dilakukan oleh Worldwatch Institute menyebutkan bahwa peningkatan konsumsi masyarakat telah memicu berbagai persoalan lingkungan mulai dari habisnya sumber daya mineral, polusi, hingga perubahan iklim.

Lalu bagaimana caranya agar sifat konsumtif tidak menjajah diri kita?
Saya tidak bisa menutup mata bahwa sebagai perempuan, selalu saja kurang rasanya apabila tidak mengikuti trend. Atau ketika mendapatkan undangan suatu pesta langsung berkata “tidak ada baju bagus” padahal baju sudah penuh sesak di lemari. Iya, itulah konsumerisme. Sifat konsumtif yang seringkali tidak disadari.
Salah satu yang saya lakukan, melihat kembali kepentingan apa yang menjadi kebutuhan mendasar kita. Apakah hal tersebut benar-benar kita butuhkan atau tidak, masuk akal atau tidak. Karena tidak mungkin kita menghindari keberadaan tv, radio ataupun media social lain.
Satu hal yang paling berdampak atas sifat konsumtif ini adalah dengan membiasakan diri menabung sebagai kewajiban. Jadi bukan menabung sisa belanja, tapi mengubah polanya menjadi membelanjakan sisa penghasilan setelah ditabung. Dengan begitu, tidak ada kata lagi penyesalan karena membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Kita juga harus berani memutuskan kebijakan finansial berdasarkan keinginan kita sendiri tanpa merasa terbebani oleh tuntutan pergaulan dan gaya hidup masyarakat modern. Sepanjang kita terbebas dari tekanan sosial dan jebakan iklan, saya yakin kita bisa membangun standar kebahagiaan kita masing-masing tanpa harus merasa ketinggalan zaman. Menjadi konsumen yang tidak konsumtif.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar