Senin, 07 Agustus 2017

KARANGSONG, destinasi ekowisata di Indramayu




Sebenarnya ini tulisan yang telat banget. Harusnya upload seminggu setelah lebaran Idul Fitri kemarin. Hari Jumat tanggal 30 Juni 2017 kami sekeluarga (Saya, A Galih suami saya a.k.a Ayahnya anak-anak, Rafa anak pertama saya dan Rasya si bungsu) berangkat ke Indramayu. Niat awal sih mau pulang pergi aja, cuma mau menghadiri pernikahan Gurunya Rafa pada tanggal 1 Juli hari Sabtu di Jatibarang Indramayu. Tapi Ayah ngasih ide untuk berangkat hari umat biar ga terlalu mepet waktunya, plus bisa jalan-jalan dulu.
Kami keluar rumah dari jam 8.30 pagi, masuk gerbang tol buah batu ke arah Jakarta, mampir di rest area 97. Dari Cikampek kami belok ke kanan menuju tol Cipali. Di tol Cipali pun anak-anak sempat merengek dulu minta makan di KFC, alhasil beloklah ke rest area lagi. Beruntunglah kami menuju timur, karena ke arah barat Subhanallah sekali macetnya ga berhenti dari Cikampek sampai kami keluar Tol di Cikedung. Ga kebayang kan lelahnya para pemudik ini.



Dari Cikedung, kami mampir menuju rumah temannya Ayah, sekalian ada kerjaan katanya. Siang menjelang sore sekitar jam 2, kami beranjak dari rumah temannya Ayah. Kami masih kebingungan hendak kemana, alhasil direkomendasi untuk berkunjung ke daerah ekosiwata Karangsong, kemudian menjelang sore menikmati seafood di Perdut.
 





Hampir jam 4, kami baru sampai di daerah Karangsong. Dan terpampang jelas gapura bertuliskan “Selamat Datang di Wisata Pantai Song Indah Desa Karangsong”. Jalan menuju ke Karangsong terbilang sempit, meskipun masih masuk dua jalur kendaraan kecil. Di sungai sebelah kiri jalan termasuk di samping-sampingnya dipenuhi dengan area pembuatan perahu, mulai dari perahu kecil sampai kapal besar-besar. Perahu dan kapal-kapal ini nantinya dipergunakan oleh para nelayan setempat untuk berlayar mencari ikan. MasyaAllah sekali, begitu hebatnya masyarakat disini membuat perahu yang tidak hanya kecil melainkan sebesar itu. 



(Maaf ya ga sempat foto bagaimana kondisi pembuatan kapal dan perahu disana. Ehehe, maklum emak riweuh sama bocah juga)
Perlu diketahui Hutan Mangrove Karangsong mulai dirawat semenjak tahun 2008 dan berbenah menjadi ekowisata melalui progam CSR Pertamina RU VI Balongan yang dimulai dari tahun 2010 hingga 2014 serta dikelola oleh masyarakat lokal melalui kelompok Tani Lestari menjadikan tempat ini mulai dilirik wisatawan baik dari Indramayu sendiri ataupun dari luar kota. Dengan tersedianya jogging track sepanjang 750 m, pengunjung dapat menikmati kelestarian ekosistem mangrove di kawasan ini dengan mangrove sejati yaitu bakau dan api-api serta masing-masing kelompok mangrove tersebut terpisah menjadi 3 jenis lagi jadi total ada 6 spesies mangrove. Hutan mangrove ini memiliki luas sekitar 17 ha memang tidak seluas hutan mangrove di Muara Angke Jakarta sekitar 25 ha, Wonorejo Surabaya 300an ha, Bali 3000 ha. Indonesia sendiri secara keseluruhan memiliki hutan mangrove seluas 4,5 jt ha atau 25% dari seluruh hutan mangrove di dunia (Indonesia negara dengan hutan mangrove terluas di dunia). Pengelolaan hutan mangrove Karangsong tidak sebagus di Surabaya dan Bali yang notabene sudah bekerjasama dengan JICA (Japan International Agency). Tapi keberadaan hutan Mangrove Karangsong sangat perlu diperhatikan terutama di pulau Jawa wilayah Barat, dimana hutan semakin hari semakin menyusut luasnya dengan perkembangan pemukiman dan industri. Keberadaan hutan mangrove ini juga dapat menangkal laju abrasi wilayah pantai Indramayu yang sudah terkenal memiliki potensi abrasi yang tinggi. Wisata Mangrove Karangsong Indramayu diharapkan dapat menjadi ekowisata andalan, tempat edukasi dan penelitian mangrove.Kawasan wisata Hutan Mangrove Karangsong terletak di sekitar pantai Karangsong, kabupaten Indramayu. Pantai ini dijadikan sebagai kawasan Ekosistem yang didukung oleh Pertamina sejak tahun 2010 hingga 2014, serta dikelola oleh masyarakat lokal melalui kelompok Tani Lestari juga para pemuda sekitar. Hutan Mangrove di kawasan Pantai Karangsong, meski tak cukup padat, namun mulai dilirik dan diminati oleh para wisatawan, baik wisatawan luar maupun wisatawan lokal. Di kawasan hutan ini, terdapat ribuan pohon Mangrove dari berbagai jenis. Selain pohon Mangrove, terdapat juga jenis pohon lainnya seperti pohon Ketapang yang ikut memadati kawasan hutan. Luas hutan ini kurang lebih 20 hektar.  Pengembangan hutan mangrove diarahkan kepada daerah pertambakan yang bertujuan melestarikan ekosistem seperti plankton sehingga dapat meningkatkan produksi ikan. Selain melestarikan ekosistem plankton, mangrove juga berfungsi melindungi pantai dari abrasi gelombang laut.



Masuk ke Daerah wisata karangsong, setiap mobil dikenai tiket parker sebesar Rp 10.000., kemudian parkir di tempat parkir yang sudah disediakan di sebelah kanan jalan. Hari sudah menjelang sore dan matahari sudah tidak begitu terik tetapi pengunjungnya masih rame sekali. Setelah parker, kita langsung menuju ke penyebrangan menuju ke Daerah Ekowisata, yang terletak di seberang tempat parkir. Untuk anak-anak tidak dikenai biaya penyeberangan masuk daerah ekowisata, sedangkan dewasa dikenai Rp 15.000,- per orang. Perahu berkapasitas kurang lebih 20 orang siap mengangkut penumpamg menelusuri daerah wisata mangrove. Namun perlu diingat, sebelum naik perahu, sebaiknya pengunjung membawa makanan kecil dan minum sendiri. Karena disana tidak ada penjual makanan. Ingat yaa, sampah bekasnya dibuang di tempat sampah yang sudah disediakan pengelola daerah wisata.

Setelah turun dari perahu terdapat menara pandang yang tingginya lumayan untuk melihat pohon mangrove, termasuk daerah sekitarnya dan burung-burung yang berterbangan di atas pohon mangrove. Untuk berjalan-jalan menelusuri daerah mangrove ini disediakan track berupa jembatan kayu yang membelah hutan mangrove ini. Berbagai spot keren bisa ditemukan sekedar untuk berselfie ria. Berbeda dengan hutan mangrove yang lain, disini kita sebagai pengunjjung diperbolehkan untuk membawa kamera DSLR, sehingga bisa juga dipergunakan untuk spot pre wedding. Sepanjang track yang disediakan, khususnya di muara pantai Karangsong Indramayu, mangrove yang tumbuh berasal dari jenis Avicennia spp. (A. alba Blume A. germinans L, A. marina Vierh), Bruguiera sp (B. cylindrica (L) Blume, B. gymnorrhiza (L) Lam.) dan Rhizophora sp. (R. apiculata Blume, R. harrisonii Leechman, R. mucronata Lam., R. racemosa G. Meyer, R. mangle L., R. stylosa Griff dan R. xselala (Salvoza) Tomlinson).
 





 





Setelah hari menjelang sore, sekitar jam 5, kami memutuskan untuk segera kaluar dari hutan mangrove untuk segera mengisi kekosongan perut. Keluar dari Karangsong ke arah kiri kemudian kita menuju ke Rumah Makan Panorama Indramayu. Penasaran dengan rasa Ikan Manyung yang menjadi makanan khas dari Indramayu ini. Beuugh,, ternyata rasanya memang mantap ya. Berasa banget rempahnya. Jadi kayak makan gulai-gulai gitu. Enak lah pokoknya.

Belum puas makan ikan, kita segera menuju ke Rumah Makan Perdut. Yaaaa… kita makan lagi dong. Disini kita makan seafood seperti biasa, udang, cumi, kakap, dan teman-temannya. Puas pokoknya, sampai semua kekenyangan. Ahaha..
Hari menjelang malam, segera kami memutuskan untuk segera merapat ke kasur. Sebelumnya kami sudah memesan hotel online. Yaitu di Hotel Aneka Baru di Jatibarang. Hotelnya kecil, namun bersih dan terawat. Kalau untuk saya dan suami sih, sebenarnya bisa saja mendapat hotel murah, atau setidaknya kamar kecil asal bisa tidur. Namun berhubung membawa serta anak-anak (eh, kan tujuan awalnya juga anter anak ke resepsi nikah gurunya ya J) alhasil kita harus menginap di tempat yang nyaman buat anak-anak. Tapi percaya deh, ini hotelnya worth it banget lah dengan harga Rp 450.000.untuk kelas VIP dengan dua single bed. Yang membuat kami nyaman tidur, meskipun pak Suami masih saja asik ngobrol sampai tengah malam dengan teman-temannya yang sejak siang tadi memang menjadi guide kami disini. Padahal sejak jam 9 malam sampai di hotel, sudah terlihat sangat kelelahan.
Besok paginya kami bangun lebih pagi, dengan tujuan mencari sarapan di luar. Ehehe,, anak-anak masih dengan piyama tidurnya, kita jalan-jalan di sekitar hotel. Namun apadaya, di sekitar hotel ga ada penjual makanan pagi, adanya pasar di dekat stasiun Jatibarang, itupun jual grosiran buah-buahan. Jadilah kita balik lagi ke hotel. Si sulung sih ga masalah makan di hotel, yang agak rewel itu justru adiknya. Untungnya si emak ini masih sedia makanan untuk di jalan yang sengaja disimpan di mobil.
Jam 11 siang kami checkout hotel menuju tempat resepsi, kemudian jam 1 langsung kembali ke Bandung via Kadipaten-Sumedang kemudian masuk tol Cileunyi dan Keluar Buah Batu.

Sekian perjalanan kami untuk mengisi libur lebaran tahun ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar