Sebenarnya ini tulisan
yang telat banget. Harusnya upload seminggu setelah lebaran Idul Fitri kemarin.
Hari Jumat tanggal 30 Juni 2017 kami sekeluarga (Saya, A Galih suami saya a.k.a
Ayahnya anak-anak, Rafa anak pertama saya dan Rasya si bungsu) berangkat ke
Indramayu. Niat awal sih mau pulang pergi aja, cuma mau menghadiri pernikahan
Gurunya Rafa pada tanggal 1 Juli hari Sabtu di Jatibarang Indramayu. Tapi Ayah
ngasih ide untuk berangkat hari umat biar ga terlalu mepet waktunya, plus bisa
jalan-jalan dulu.
Kami keluar rumah
dari jam 8.30 pagi, masuk gerbang tol buah batu ke arah Jakarta, mampir di rest
area 97. Dari Cikampek kami belok ke kanan menuju tol Cipali. Di tol Cipali pun
anak-anak sempat merengek dulu minta makan di KFC, alhasil beloklah ke rest
area lagi. Beruntunglah kami menuju timur, karena ke arah barat Subhanallah
sekali macetnya ga berhenti dari Cikampek sampai kami keluar Tol di Cikedung.
Ga kebayang kan lelahnya para pemudik ini.
Dari Cikedung, kami
mampir menuju rumah temannya Ayah, sekalian ada kerjaan katanya. Siang
menjelang sore sekitar jam 2, kami beranjak dari rumah temannya Ayah. Kami
masih kebingungan hendak kemana, alhasil direkomendasi untuk berkunjung ke
daerah ekosiwata Karangsong, kemudian menjelang sore menikmati seafood di
Perdut.
Hampir jam 4, kami baru sampai di daerah
Karangsong. Dan terpampang jelas
gapura bertuliskan “Selamat Datang di Wisata Pantai Song Indah Desa
Karangsong”. Jalan menuju ke Karangsong terbilang sempit, meskipun masih masuk dua
jalur kendaraan kecil. Di sungai sebelah kiri jalan termasuk di
samping-sampingnya dipenuhi dengan area pembuatan perahu, mulai dari perahu
kecil sampai kapal besar-besar. Perahu dan kapal-kapal ini nantinya
dipergunakan oleh para nelayan setempat untuk berlayar mencari ikan. MasyaAllah
sekali, begitu hebatnya masyarakat disini membuat perahu yang tidak hanya kecil
melainkan sebesar itu.
(Maaf ya ga sempat foto
bagaimana kondisi pembuatan kapal dan perahu disana. Ehehe, maklum emak riweuh
sama bocah juga)
Perlu
diketahui Hutan Mangrove Karangsong mulai dirawat semenjak tahun 2008 dan
berbenah menjadi ekowisata melalui progam CSR Pertamina RU VI Balongan yang
dimulai dari tahun 2010 hingga 2014 serta dikelola oleh masyarakat lokal
melalui kelompok Tani Lestari menjadikan tempat ini mulai dilirik wisatawan
baik dari Indramayu sendiri ataupun dari luar kota. Dengan tersedianya jogging
track sepanjang 750 m, pengunjung dapat menikmati kelestarian ekosistem
mangrove di kawasan ini dengan mangrove sejati yaitu bakau dan api-api serta
masing-masing kelompok mangrove tersebut terpisah menjadi 3 jenis lagi jadi
total ada 6 spesies mangrove. Hutan mangrove ini memiliki luas sekitar 17 ha
memang tidak seluas hutan mangrove di Muara Angke Jakarta sekitar 25 ha,
Wonorejo Surabaya 300an ha, Bali 3000 ha. Indonesia sendiri secara keseluruhan
memiliki hutan mangrove seluas 4,5 jt ha atau 25% dari seluruh hutan mangrove
di dunia (Indonesia negara dengan hutan mangrove terluas di
dunia). Pengelolaan hutan mangrove Karangsong tidak sebagus di Surabaya
dan Bali yang notabene sudah bekerjasama dengan JICA (Japan International
Agency). Tapi keberadaan hutan Mangrove Karangsong sangat perlu diperhatikan
terutama di pulau Jawa wilayah Barat, dimana hutan semakin hari semakin
menyusut luasnya dengan perkembangan pemukiman dan industri. Keberadaan hutan
mangrove ini juga dapat menangkal laju abrasi wilayah pantai Indramayu yang
sudah terkenal memiliki potensi abrasi yang tinggi. Wisata Mangrove Karangsong
Indramayu diharapkan dapat menjadi ekowisata andalan, tempat edukasi dan
penelitian mangrove.Kawasan
wisata Hutan Mangrove Karangsong terletak di sekitar pantai Karangsong,
kabupaten Indramayu. Pantai ini dijadikan sebagai kawasan Ekosistem yang
didukung oleh Pertamina sejak tahun 2010 hingga 2014, serta dikelola oleh
masyarakat lokal melalui kelompok Tani Lestari juga para pemuda sekitar. Hutan
Mangrove di kawasan Pantai Karangsong, meski tak cukup padat, namun mulai
dilirik dan diminati oleh para wisatawan, baik wisatawan luar maupun wisatawan
lokal. Di kawasan hutan ini, terdapat ribuan pohon Mangrove dari berbagai
jenis. Selain pohon Mangrove, terdapat juga jenis pohon lainnya seperti pohon
Ketapang yang ikut memadati kawasan hutan. Luas hutan ini kurang lebih 20
hektar.
Pengembangan hutan mangrove diarahkan kepada daerah pertambakan yang
bertujuan melestarikan ekosistem seperti plankton sehingga dapat meningkatkan
produksi ikan. Selain melestarikan ekosistem plankton, mangrove juga berfungsi
melindungi pantai dari abrasi gelombang laut.
Masuk ke Daerah wisata
karangsong, setiap mobil dikenai tiket parker sebesar Rp 10.000., kemudian
parkir di tempat parkir yang sudah disediakan di sebelah kanan jalan. Hari
sudah menjelang sore dan matahari sudah tidak begitu terik tetapi pengunjungnya
masih rame sekali. Setelah parker, kita langsung menuju ke penyebrangan menuju
ke Daerah Ekowisata, yang terletak di seberang tempat parkir. Untuk anak-anak
tidak dikenai biaya penyeberangan masuk daerah ekowisata, sedangkan dewasa
dikenai Rp 15.000,- per orang. Perahu berkapasitas kurang lebih 20 orang siap
mengangkut penumpamg menelusuri daerah wisata mangrove. Namun perlu diingat,
sebelum naik perahu, sebaiknya pengunjung membawa makanan kecil dan minum
sendiri. Karena disana tidak ada penjual makanan. Ingat yaa, sampah bekasnya
dibuang di tempat sampah yang sudah disediakan pengelola daerah wisata.
Setelah turun dari
perahu terdapat menara pandang yang tingginya lumayan untuk melihat pohon
mangrove, termasuk daerah sekitarnya dan burung-burung yang berterbangan di
atas pohon mangrove. Untuk berjalan-jalan menelusuri daerah mangrove ini
disediakan track berupa jembatan kayu yang membelah hutan mangrove ini.
Berbagai spot keren bisa ditemukan sekedar untuk berselfie ria. Berbeda dengan
hutan mangrove yang lain, disini kita sebagai pengunjjung diperbolehkan untuk
membawa kamera DSLR, sehingga bisa juga dipergunakan untuk spot pre wedding.
Sepanjang track yang disediakan, khususnya di muara pantai Karangsong Indramayu, mangrove yang tumbuh
berasal dari jenis Avicennia spp. (A. alba Blume A. germinans L, A. marina
Vierh), Bruguiera sp (B. cylindrica (L) Blume, B. gymnorrhiza (L) Lam.) dan
Rhizophora sp. (R. apiculata Blume, R. harrisonii Leechman, R. mucronata Lam.,
R. racemosa G. Meyer, R. mangle L., R. stylosa Griff dan R. xselala (Salvoza)
Tomlinson).
Setelah hari menjelang sore, sekitar jam 5, kami memutuskan
untuk segera kaluar dari hutan mangrove untuk segera mengisi kekosongan perut.
Keluar dari Karangsong ke arah kiri kemudian kita menuju ke Rumah Makan
Panorama Indramayu. Penasaran dengan rasa Ikan Manyung yang menjadi makanan
khas dari Indramayu ini. Beuugh,, ternyata rasanya memang mantap ya. Berasa
banget rempahnya. Jadi kayak makan gulai-gulai gitu. Enak lah pokoknya.
Belum puas makan ikan, kita segera menuju ke Rumah Makan
Perdut. Yaaaa… kita makan lagi dong. Disini kita makan seafood seperti biasa,
udang, cumi, kakap, dan teman-temannya. Puas pokoknya, sampai semua
kekenyangan. Ahaha..
Hari menjelang malam, segera kami memutuskan untuk segera
merapat ke kasur. Sebelumnya kami sudah memesan hotel online. Yaitu di Hotel Aneka
Baru di Jatibarang. Hotelnya kecil, namun bersih dan terawat. Kalau untuk saya
dan suami sih, sebenarnya bisa saja mendapat hotel murah, atau setidaknya kamar
kecil asal bisa tidur. Namun berhubung membawa serta anak-anak (eh, kan tujuan
awalnya juga anter anak ke resepsi nikah gurunya ya J)
alhasil kita harus menginap di tempat yang nyaman buat anak-anak. Tapi percaya
deh, ini hotelnya worth it banget lah dengan harga Rp 450.000.untuk kelas VIP
dengan dua single bed. Yang membuat kami nyaman tidur, meskipun pak Suami masih
saja asik ngobrol sampai tengah malam dengan teman-temannya yang sejak siang
tadi memang menjadi guide kami disini. Padahal sejak jam 9 malam sampai di
hotel, sudah terlihat sangat kelelahan.
Besok paginya kami bangun lebih pagi, dengan tujuan mencari
sarapan di luar. Ehehe,, anak-anak masih dengan piyama tidurnya, kita
jalan-jalan di sekitar hotel. Namun apadaya, di sekitar hotel ga ada penjual
makanan pagi, adanya pasar di dekat stasiun Jatibarang, itupun jual grosiran
buah-buahan. Jadilah kita balik lagi ke hotel. Si sulung sih ga masalah makan di
hotel, yang agak rewel itu justru adiknya. Untungnya si emak ini masih sedia
makanan untuk di jalan yang sengaja disimpan di mobil.
Jam 11 siang kami checkout hotel menuju tempat resepsi,
kemudian jam 1 langsung kembali ke Bandung via Kadipaten-Sumedang kemudian
masuk tol Cileunyi dan Keluar Buah Batu.
Sekian perjalanan kami untuk mengisi libur lebaran tahun
ini.









Tidak ada komentar:
Posting Komentar