Rabu, 23 Agustus 2017

Hari Televisi Nasional



Hari ini 24 Agustus dirayakan sebagai hari televisi nasional. Tanggal ini dipilih karena televisi pertama di Indonesia mengudara pertama kali pada tanggal 24 Agustus 1962. Dengan nama stasiun Televisi Republik Indonesia (TVRI *red). Siaran perdananya menayangkan Upacara Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-17 dari Istana Negara Jakarta pada saat itu. Mungkin direkam lalu baru disiarkan pada tanggal 24 Agustus. Siarannya pun masih berupa tampilan hitam putih. Kemudian TVRI meliput Asian Games IV dari stadion utama Gelora Bung Karno yang diselenggarakan di Jakarta.
Melihat pertelevisian di Indonesia yang pada tahun 1989 (weleehh,, saya masih ingat itu baru kelas 1 SD) muncul televisi swasta pertama di Indonesia dengan nama Rajawali Citra Televisi (RCTI). Sampai sekarang terus bermunculan stasiun televisi swasta, yang ga tau ada berapa ya sekarang. Ditambah lagi berbagai televisi local. Weleehhh,, sampai ga tau deh nama-nama stasiun televisi.
Yang pasti saya sebagai orangtua dari dua anak yang pastinya senang nonton film anak, berharap bermunculannya stasiun televisi lebih banyak dampak positifnya. Berbagai tayangan yang ditayangkan tidak hanya sebagai tontonan atau hiburan saja, tetapi lebih banyak muatan pendidikannya, baik pendidikan karakter maupun akhlak. Diaminkan saja.

Maju terus pertelevisian Indonesia..

Senin, 21 Agustus 2017

Tasty's Cookies n Pastry


Tahun 2005, saya lulus sebagai Sarjana Ekonomi urusan Akuntansi dari sebuah Perguruan Tinggi Swasta di daerah jatinangor. Lulus dengan nilai Cumlaude, lumayan mengobati hati orangtua yang mungkin bangga dengan keberhasilannya. Setelah lulus, saya kemudian menjadi asisten dosen di tempat saya kuliah, satu tahun kemudian yaitu tahun 2006 menjadi dosen Luar Biasa di perguran tinggi tersebut dan beberapa perguruan tinggi lain di Bandung. Sampai pada akhirnya Papap memutuskan “sudah, kamu ambil S2, teruskan karirmu menjadi dosen, sama seperti pendahulu-pendahulumu, orangtua bahkan kakek dan buyut”.
Baiklah 2007, saya mengambil jurusan Magister Manajemen di perguruan Tinggi yang sama. Dengan dikelilingi teman kuliah yang saat itu sudah beranjak tua, dan saya hanya seorang diri yang masih di bawah 25 tahun, saya lah mahasiswa termuda disana. Teman-teman saya kebanyakan dari pegawai pemerintahan. Meskipun tak jarang seorang wirausahawan.  Tak butuh waktu lama, 2 tahun kurang, cukup bagi saya untuk mengambil program tersebut, sampai pada Maret 2009 saya menyelesaikan sidang tesis saya.
Saya menikah di umur 26, yaitu tahun 2008. Jadi, tepat pada saat saya menyusun tesis, saya sedang mengandung. Dan ada keputusan besar lain yang saya ambil pada saat itu. Saya mendaftar menjadi PNS di kementerian lingkungan hidup dan kehutanan (Departemen Kehutanan) pada saat itu. Dengan kondisi hamil 5 bulan saya mengikuti test. Dan dua bulan kemudian, saya dinyatakan lulus sebagai CPNS. Saat saya menjadi mahasiswa S2, saya tidak hanya sambil mengajar, tetapi juga berjualan berbagai macam kain batik, kerudung ataupun baju muslim. Obsesi saya adalah bisa menjadi seorang fashion designer. Terlalu muluk-muluk memang. Tetapi itulah hobby saya, saya sangat menyukai fashion.
Mei 2009 saya menginjakkan kaki saya pertama kali di kantor baru, sebagai seorang abdi negara. Sebuah keputusan besar yang saya ambil adalah, saya harus berhenti menjadi seorang dosen. Hmm,, sedih,,, iya,, saya sudah menyenangi profesi tersebut. Tapi mau dikatakan apalagi, waktu tidak lagi berpihak kepada saya. Saya yang hanya lulusan S2, tidak mungkin lagi mengajar dengan kondisi baru saja melahirkan. Dan saya tetap harus memilih.
Hari-hari saya lalui dengan keluarga kecil saya, sampai akhirnya tahun 2011 berhasil memiliki sebuah rumah, dan beberapa mobil di garasi kami. Ya, hidup itu memang ada kalanya di atas ada kalanya di bawah. Tahun 2013, saya memutuskan untuk membuka sebuah butik pakaian muslim. Alhamdulillah mulai ramai. Pernah menjadi seorang Finalcial Planner juga. Hingga akhirnya tahun 2015, kantor suami kolaps, ditipu sana sini. Sejumlah kendaraan kami dibawa kabur, dan pada akhirnya rumah pun ikut terjual. Hanya Allah yang tau yang terbaik untuk kami, inilah yang dinamakan kekayaan itu adalah ujian sekaligus cobaan bagi kami. Sehingga kami sadar bahwa kekayaan yang sebenarnya adalah keluarga kecil kami, orangtua kami, keluarga besar kami, yang tak pernah melepaskan dukungannnya sehingga kami tetap kuat.
Tahun 2016 kami akhirnya pindah rumah, dan saya pun harus pindah kantor karena kantor lama saya dibubarkan. Sedih sekali pastinya, berpisah dengan teman-teman kerja yang sejak 2009 selalu menemani dalam suka duka, bagaikan keluarga kedua bagi saya. Tahun 2015 sampai sekarang masih menjadi tahun terberat bagi saya. Usaha saya di fashion ikut menurun. Dan tepat hari ini, Selasa 22 Agustus 2017, saya memutuskan untuk perlahan keluar dari usaha saya. Suami dan anak-anak tetap mendukung keputusan saya ini.
Alhamdulillah, saya mempunyai suami yang sangat sabar menghadapi saya, menghadapi kerewelan anak-anak. Padahal saya pun kadang tidak bisa menahan amarah ketika anak-anak mulai rewel. Dengan bismillah, InsyaAllah saya saat ini berusaha membantu suami dan ibu mertua untuk ikut terjun di bidang makanan. Suami yang sudah dari tahun 2013 memang menekuninya, mudah-mudahan lebih semangat lagi ketika saat ini saya ingin berusaha membantunya. Setiap orang mempunya ceritanya masing-masing. dan inilah cerita saya. Roda kehidupan ini terus berputar,, tinggal bagaimana kita menyikapinya.
Perkenalkan brand kami “Tasty’s Cookies n Pastry”

Bandung, 22 Agustus 2017


Souvenir Pinto Aceh

Buka-buka tas,, terus nemu bros cantik ini. Suka banget sama oleh-oleh ini. Dikasih temen yang lebaran kemaren mudik ke Aceh. Ini tuh oleh-oleh souvenir khas Pinto Aceh. Imut banget kaannn,,,
                                                               Bros Wanita Pinto Aceh

Senin, 07 Agustus 2017

Berhenti Konsumtif, Berani???


Pagi-pagi, nonton tv, muncul iklan. Buka handphone dan sosmednya, muncul iklan. Berangkat kerja, mendengarkan radio, ada iklan. Di sepanjang jalan, melihat kiri kanan, terpampang iklan mulai dari banner sampai baligo besar. Sampai di kantor, buka internet, ada pop up iklan. Begitulah hidup kita, dari bangun tidur, terlelap sampai kemudian bangun lagi keesokan harinya,  iklan dimana-mana. Disadari atau tidak pola hidup kita sangat dipengarui oleh berbagai macam iklan, baik visual maupun verbal.
Berbagai kecanggihan yang ditawarkan, membuat semua sisi hidup kita dipengaruhi hal tersebut. Tidak dapat disangkal, kecerdasan sang pembuat iklan sangat mempengaruhi berbagai keputusan yang kita ambil. Mulai dari apa yang kita makan sampai ke sekolah dan pelajaran apa yang seharusnya diberikan kepada anak pun tak luput dari pengaruhnya.
Pada akhirnya konsumerisme merajalela di berbagai kalangan. Merasa kurang rasanya jika kita tidak upload makanan yang kita makan. Tidak puas rasanya jika kita tidak update barang terbagus yang bisa kita punya. Kurang update rasanya jika tidak mendatangi suatu tempat baru yang sedang booming diposting orang. Dari sisi positif, ambilah pikiran bahwa semua orang berusaha mengupload segala sesuatu sesuai dengan kemampuannya. Tapi sisi negatifnya, terlalu banyak orang yang kemudian memaksakan agar terlihat wah oleh orang lain.
Sekuat itu daya pikat iklan yang bisa dilihat. Sebagai bagian dari pemasaran yang baik, hal itu merupakan keberhasilan seorang pemasar. Dengan tampilan foto bagus, kata-kata yang menarik, artis brand ambassador terkenal, kemudahan untuk berbelanja dengan debit card atau credit card, diskon dan sale di detiap musim, semua dilakukan agar apa yang dipasarkan dapat menghasilkan penjualan yang baik, tidak peduli bagaimana daya beli masyarakat atau apakah yang dijualnya itu adalah kebutuhan primer, sekunder atau tersier bagi pembelinya.
Kemudian masalah yang lain, dalam banyak kasus kita seringkali menemukan iklan yang mengaitkan produknya dengan masalah sosial. Misalkan dengan membeli suatu produk, kita telah berkontribusi untuk pelestarian lingkungan, pemberantasan kemiskinan, dll. Sesuatu yang sebenarnya bukan menjadi tujuan utama para produsen. Strategi ini biasanya sukses memanipulasi cara berpikir masyarakat agar terus berbelanja dan membeli produk yang ditawarkan.
Dampak negatif lain dari konsumerisme yang luput dari perhatian kita adalah persoalan lingkungan. Studi yang dilakukan oleh Worldwatch Institute menyebutkan bahwa peningkatan konsumsi masyarakat telah memicu berbagai persoalan lingkungan mulai dari habisnya sumber daya mineral, polusi, hingga perubahan iklim.

Lalu bagaimana caranya agar sifat konsumtif tidak menjajah diri kita?
Saya tidak bisa menutup mata bahwa sebagai perempuan, selalu saja kurang rasanya apabila tidak mengikuti trend. Atau ketika mendapatkan undangan suatu pesta langsung berkata “tidak ada baju bagus” padahal baju sudah penuh sesak di lemari. Iya, itulah konsumerisme. Sifat konsumtif yang seringkali tidak disadari.
Salah satu yang saya lakukan, melihat kembali kepentingan apa yang menjadi kebutuhan mendasar kita. Apakah hal tersebut benar-benar kita butuhkan atau tidak, masuk akal atau tidak. Karena tidak mungkin kita menghindari keberadaan tv, radio ataupun media social lain.
Satu hal yang paling berdampak atas sifat konsumtif ini adalah dengan membiasakan diri menabung sebagai kewajiban. Jadi bukan menabung sisa belanja, tapi mengubah polanya menjadi membelanjakan sisa penghasilan setelah ditabung. Dengan begitu, tidak ada kata lagi penyesalan karena membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
Kita juga harus berani memutuskan kebijakan finansial berdasarkan keinginan kita sendiri tanpa merasa terbebani oleh tuntutan pergaulan dan gaya hidup masyarakat modern. Sepanjang kita terbebas dari tekanan sosial dan jebakan iklan, saya yakin kita bisa membangun standar kebahagiaan kita masing-masing tanpa harus merasa ketinggalan zaman. Menjadi konsumen yang tidak konsumtif.



KARANGSONG, destinasi ekowisata di Indramayu




Sebenarnya ini tulisan yang telat banget. Harusnya upload seminggu setelah lebaran Idul Fitri kemarin. Hari Jumat tanggal 30 Juni 2017 kami sekeluarga (Saya, A Galih suami saya a.k.a Ayahnya anak-anak, Rafa anak pertama saya dan Rasya si bungsu) berangkat ke Indramayu. Niat awal sih mau pulang pergi aja, cuma mau menghadiri pernikahan Gurunya Rafa pada tanggal 1 Juli hari Sabtu di Jatibarang Indramayu. Tapi Ayah ngasih ide untuk berangkat hari umat biar ga terlalu mepet waktunya, plus bisa jalan-jalan dulu.
Kami keluar rumah dari jam 8.30 pagi, masuk gerbang tol buah batu ke arah Jakarta, mampir di rest area 97. Dari Cikampek kami belok ke kanan menuju tol Cipali. Di tol Cipali pun anak-anak sempat merengek dulu minta makan di KFC, alhasil beloklah ke rest area lagi. Beruntunglah kami menuju timur, karena ke arah barat Subhanallah sekali macetnya ga berhenti dari Cikampek sampai kami keluar Tol di Cikedung. Ga kebayang kan lelahnya para pemudik ini.



Dari Cikedung, kami mampir menuju rumah temannya Ayah, sekalian ada kerjaan katanya. Siang menjelang sore sekitar jam 2, kami beranjak dari rumah temannya Ayah. Kami masih kebingungan hendak kemana, alhasil direkomendasi untuk berkunjung ke daerah ekosiwata Karangsong, kemudian menjelang sore menikmati seafood di Perdut.
 





Hampir jam 4, kami baru sampai di daerah Karangsong. Dan terpampang jelas gapura bertuliskan “Selamat Datang di Wisata Pantai Song Indah Desa Karangsong”. Jalan menuju ke Karangsong terbilang sempit, meskipun masih masuk dua jalur kendaraan kecil. Di sungai sebelah kiri jalan termasuk di samping-sampingnya dipenuhi dengan area pembuatan perahu, mulai dari perahu kecil sampai kapal besar-besar. Perahu dan kapal-kapal ini nantinya dipergunakan oleh para nelayan setempat untuk berlayar mencari ikan. MasyaAllah sekali, begitu hebatnya masyarakat disini membuat perahu yang tidak hanya kecil melainkan sebesar itu. 



(Maaf ya ga sempat foto bagaimana kondisi pembuatan kapal dan perahu disana. Ehehe, maklum emak riweuh sama bocah juga)
Perlu diketahui Hutan Mangrove Karangsong mulai dirawat semenjak tahun 2008 dan berbenah menjadi ekowisata melalui progam CSR Pertamina RU VI Balongan yang dimulai dari tahun 2010 hingga 2014 serta dikelola oleh masyarakat lokal melalui kelompok Tani Lestari menjadikan tempat ini mulai dilirik wisatawan baik dari Indramayu sendiri ataupun dari luar kota. Dengan tersedianya jogging track sepanjang 750 m, pengunjung dapat menikmati kelestarian ekosistem mangrove di kawasan ini dengan mangrove sejati yaitu bakau dan api-api serta masing-masing kelompok mangrove tersebut terpisah menjadi 3 jenis lagi jadi total ada 6 spesies mangrove. Hutan mangrove ini memiliki luas sekitar 17 ha memang tidak seluas hutan mangrove di Muara Angke Jakarta sekitar 25 ha, Wonorejo Surabaya 300an ha, Bali 3000 ha. Indonesia sendiri secara keseluruhan memiliki hutan mangrove seluas 4,5 jt ha atau 25% dari seluruh hutan mangrove di dunia (Indonesia negara dengan hutan mangrove terluas di dunia). Pengelolaan hutan mangrove Karangsong tidak sebagus di Surabaya dan Bali yang notabene sudah bekerjasama dengan JICA (Japan International Agency). Tapi keberadaan hutan Mangrove Karangsong sangat perlu diperhatikan terutama di pulau Jawa wilayah Barat, dimana hutan semakin hari semakin menyusut luasnya dengan perkembangan pemukiman dan industri. Keberadaan hutan mangrove ini juga dapat menangkal laju abrasi wilayah pantai Indramayu yang sudah terkenal memiliki potensi abrasi yang tinggi. Wisata Mangrove Karangsong Indramayu diharapkan dapat menjadi ekowisata andalan, tempat edukasi dan penelitian mangrove.Kawasan wisata Hutan Mangrove Karangsong terletak di sekitar pantai Karangsong, kabupaten Indramayu. Pantai ini dijadikan sebagai kawasan Ekosistem yang didukung oleh Pertamina sejak tahun 2010 hingga 2014, serta dikelola oleh masyarakat lokal melalui kelompok Tani Lestari juga para pemuda sekitar. Hutan Mangrove di kawasan Pantai Karangsong, meski tak cukup padat, namun mulai dilirik dan diminati oleh para wisatawan, baik wisatawan luar maupun wisatawan lokal. Di kawasan hutan ini, terdapat ribuan pohon Mangrove dari berbagai jenis. Selain pohon Mangrove, terdapat juga jenis pohon lainnya seperti pohon Ketapang yang ikut memadati kawasan hutan. Luas hutan ini kurang lebih 20 hektar.  Pengembangan hutan mangrove diarahkan kepada daerah pertambakan yang bertujuan melestarikan ekosistem seperti plankton sehingga dapat meningkatkan produksi ikan. Selain melestarikan ekosistem plankton, mangrove juga berfungsi melindungi pantai dari abrasi gelombang laut.



Masuk ke Daerah wisata karangsong, setiap mobil dikenai tiket parker sebesar Rp 10.000., kemudian parkir di tempat parkir yang sudah disediakan di sebelah kanan jalan. Hari sudah menjelang sore dan matahari sudah tidak begitu terik tetapi pengunjungnya masih rame sekali. Setelah parker, kita langsung menuju ke penyebrangan menuju ke Daerah Ekowisata, yang terletak di seberang tempat parkir. Untuk anak-anak tidak dikenai biaya penyeberangan masuk daerah ekowisata, sedangkan dewasa dikenai Rp 15.000,- per orang. Perahu berkapasitas kurang lebih 20 orang siap mengangkut penumpamg menelusuri daerah wisata mangrove. Namun perlu diingat, sebelum naik perahu, sebaiknya pengunjung membawa makanan kecil dan minum sendiri. Karena disana tidak ada penjual makanan. Ingat yaa, sampah bekasnya dibuang di tempat sampah yang sudah disediakan pengelola daerah wisata.

Setelah turun dari perahu terdapat menara pandang yang tingginya lumayan untuk melihat pohon mangrove, termasuk daerah sekitarnya dan burung-burung yang berterbangan di atas pohon mangrove. Untuk berjalan-jalan menelusuri daerah mangrove ini disediakan track berupa jembatan kayu yang membelah hutan mangrove ini. Berbagai spot keren bisa ditemukan sekedar untuk berselfie ria. Berbeda dengan hutan mangrove yang lain, disini kita sebagai pengunjjung diperbolehkan untuk membawa kamera DSLR, sehingga bisa juga dipergunakan untuk spot pre wedding. Sepanjang track yang disediakan, khususnya di muara pantai Karangsong Indramayu, mangrove yang tumbuh berasal dari jenis Avicennia spp. (A. alba Blume A. germinans L, A. marina Vierh), Bruguiera sp (B. cylindrica (L) Blume, B. gymnorrhiza (L) Lam.) dan Rhizophora sp. (R. apiculata Blume, R. harrisonii Leechman, R. mucronata Lam., R. racemosa G. Meyer, R. mangle L., R. stylosa Griff dan R. xselala (Salvoza) Tomlinson).
 





 





Setelah hari menjelang sore, sekitar jam 5, kami memutuskan untuk segera kaluar dari hutan mangrove untuk segera mengisi kekosongan perut. Keluar dari Karangsong ke arah kiri kemudian kita menuju ke Rumah Makan Panorama Indramayu. Penasaran dengan rasa Ikan Manyung yang menjadi makanan khas dari Indramayu ini. Beuugh,, ternyata rasanya memang mantap ya. Berasa banget rempahnya. Jadi kayak makan gulai-gulai gitu. Enak lah pokoknya.

Belum puas makan ikan, kita segera menuju ke Rumah Makan Perdut. Yaaaa… kita makan lagi dong. Disini kita makan seafood seperti biasa, udang, cumi, kakap, dan teman-temannya. Puas pokoknya, sampai semua kekenyangan. Ahaha..
Hari menjelang malam, segera kami memutuskan untuk segera merapat ke kasur. Sebelumnya kami sudah memesan hotel online. Yaitu di Hotel Aneka Baru di Jatibarang. Hotelnya kecil, namun bersih dan terawat. Kalau untuk saya dan suami sih, sebenarnya bisa saja mendapat hotel murah, atau setidaknya kamar kecil asal bisa tidur. Namun berhubung membawa serta anak-anak (eh, kan tujuan awalnya juga anter anak ke resepsi nikah gurunya ya J) alhasil kita harus menginap di tempat yang nyaman buat anak-anak. Tapi percaya deh, ini hotelnya worth it banget lah dengan harga Rp 450.000.untuk kelas VIP dengan dua single bed. Yang membuat kami nyaman tidur, meskipun pak Suami masih saja asik ngobrol sampai tengah malam dengan teman-temannya yang sejak siang tadi memang menjadi guide kami disini. Padahal sejak jam 9 malam sampai di hotel, sudah terlihat sangat kelelahan.
Besok paginya kami bangun lebih pagi, dengan tujuan mencari sarapan di luar. Ehehe,, anak-anak masih dengan piyama tidurnya, kita jalan-jalan di sekitar hotel. Namun apadaya, di sekitar hotel ga ada penjual makanan pagi, adanya pasar di dekat stasiun Jatibarang, itupun jual grosiran buah-buahan. Jadilah kita balik lagi ke hotel. Si sulung sih ga masalah makan di hotel, yang agak rewel itu justru adiknya. Untungnya si emak ini masih sedia makanan untuk di jalan yang sengaja disimpan di mobil.
Jam 11 siang kami checkout hotel menuju tempat resepsi, kemudian jam 1 langsung kembali ke Bandung via Kadipaten-Sumedang kemudian masuk tol Cileunyi dan Keluar Buah Batu.

Sekian perjalanan kami untuk mengisi libur lebaran tahun ini.